Tradisi Mandi Balimau Sambut Ramadhan yang Dilarang Ulama

PADANG, - Satu hari menjelang puasa, masyarakat Sumatera Barat memiliki tradisi mandi balimau, tradisi ini terus berkembang turun temurun hingga kini.

Mandi balimau merupakan tradisi mandi dengan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau. Biasanya dilakukan di sungai atau tempat pemandian.

Baca juga: Spanduk LKAAM Sumbar Urus Saja Masalah Adat Jangan Berpolitik Terpampang Dekat Kantor DPRD

Tradisi mandi balimau dilakukan satu atau dua hari menjelang puasa. Mandi balimau ini menjadi tradisi hampir di seluruh wilayah di Sumbar.

Di Kota Padang biasanya dari tahun ke tahun, ada 12 titik lokasi untuk tradisi mandi balimau seperti Pantai Padang, Pantai Aia Manih, Pantai Pasir Jambak, Lubuak Tampuruang, dan Lubuak Paraku.

Baca juga: Sering Macet, PKL Pasar Lubuk Buaya Ditertibkan Satpol PP

Jika dilihat dari segi agama, mandi balimau ini oleh ulama di Sumbar dinilai bukan bagian dari agama islam dalam menyambut Ramadhan.

Ketua Majelis Ulama Sumbar, Buya Gusrizal Gazahar mengatakan tradisi Balimau merupakan kebiasaan sebelum masuknya Islam. Sehingga tradisi mandi balimua seharusnya tidak dilakukan oleh masyarakat menjelang Ramadhan.

Baca juga: Tabrakan Sepeda Motor vs Minibus di Padang, 1 Orang Tewas

"Kalau mandi membersihkan diri itu bisa di rumah, ulama meluruskan ini, " ujarnya.

Apalagi, lanjutnya momentum ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak baik, mandi beramai-ramai di sungai bercampur antara laki-laki dan perempuan.

Baca juga: Ratusan Botol Miras Disita Satpol PP Kota Padang, Penjual Tak Punya Izin Diproses Sesuai Perda

Kemudian juga, kata Gusrizal, banyak muda-mudi yang pergi ke lokasi pemandian itu secara berpasang-pasangan, kemudian mandi-mandi.

"Katanya mau menyambut Ramadhan? kenapa tidak menyambutnya dengan hal-hal bermanfaat, memperbanyak ibadah, " ujarnya.

Baca juga: Gerakan Bersih Pantai Bersama Menteri KKP, Amsakar Sampaikan Kondisi Pesisir Batam dan Pembangunan Batam Umumnya

Ia juga meminta pemerintah daerah mengambil kebijakan agar mandi balimau di tempat-tempat tertentu itu dihentikan, karena tidak sesuai dengan syariat islam.

Mandi Pertobatan

Sebuah referensi dari Bangtjik Kamaluddin dalam bukunya,  Mandi Belimau Di Dusun Limbung Bangka Belitung, menulis awal mula penerapan tradisi ini adalah masyarakat Desa Jada Bahri dan Desa Kimak Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Seorang bangsawan keturunan Kerajaan Mataram Yogyakarta bernama Depati Bahrein melarikan diri dari kejaran Belanda. Lalu pada 1700-an, sampailah Depati Bahrein bersama pasukannya ke Pulau Bangka.

"Konon Depati Bahrein kemudian melakukan ritual mandi pertobatan yang kemudian dicontoh oleh warga sekitar, " tulis Bangtjik Kamaluddin.

Baca juga: Satpol PP Padang Amankan 5 Pemandu Karaoke

Akhirnya, istilah mandi pertobatan ini menjamur ke sebagian besar Tanah Melayu sebelum memasuki bulan Ramadan. Tradisi ini kemudian dikenal dengan balimau di daerah lain.(**)